Rabu, 10 Juli 2019

Kabar Baik

Tak ada ide kapan dan di mana aku belajar bahwa menyebarkan kesakitan dengan cara mengolok-olok adalah terapi untuk mengampuni juga memaafkan diri sendiri.

Dalam cerita sedih yang memang salahmu dan membuatmu menyesal setengah mati. Semula kau rasakan sendiri sayatan rasa bersalahmu, sampai menghujam ulu hati, menyisakan pegal pada punggung, pusing pada kepala hingga mual berkelanjutan, seperti perutmu sudah penuh tapi kau dipaksa terus makan oleh entah siapa.

Kau mengagungkan sakit itu, menyimpannya di tempat paling rahasia dalam dirimu. Sebagai tebusan atas kecerobohan yang mampu mengubah segala rencana bahagia menjadi bencana.

Pada waktunya, tidak ada lara yang panjang umurnya. Kau terbangun di waktu yang tepat, sayat itu kau rasa sebagai lelucon lalu kau menyebarkan cerita masa lalu pada orang-orang sekitarmu tak peduli mereka kenalan lama atau baru. Kau hanya ingin umbar sebanyak-banyaknya sebab kau tiba-tiba merasa cerita itu sudah tidak lagi mewah. Kau tidak perlu pelit berbagi. Dengan begitu kecerebohanmu, penyesalanmu, kepedihanmu milik sekitar. Mereka memaafkanmu memaklumimu sembari tertawa, kau tak perlu lagi pengampunan darinya. Sebab pada sekitar, kau sudah merasa cukup.







Bekasi,
1 Juli 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar