Subuh sekarang kau mengucap bahwa tubuhku tak membutuhkan apa
yang ada di kepalaku. Isi kepalaku tentu harus diwadahi oleh kepala. Jadi kau berpikir kesia-siaan isi kepalaku
adalah kematian, begitu? Ketajaman lidahmu yang membuat perasaan ini tak pernah
tuntas, yang membuat lidahku tak pernah henti berliur karenanya, yang tak
pernah sembuhkan segala luka.
Dengan 20 jari yang kau miliki, tak akan habis jika digunakan
untuk menghitung berapa kali kau mengucap terimakasih selama 666hari bersamaku.
Lidahmu diberatkan isi kepalamu sayang. Setidak-tidaknya aku tidak bilang kau
tak memerlukannya.
Kau ingat cerita Aan Mansyur tentang diam? Di dalamnya, ia
berseru-seru: “ada banyak kata-kata dalam diam.” Namun sayang, kita berdua
mahasiswa ilmu komunikasi, maka seruannya tentu tak berlaku. Lidah kita akan
selalu mengecap dan mengucap pada “ilalang panjang dan bunga rumput—rasa sakit
yang tak putus dan nyaring lengkingannya.”
Kamar,
30 Juni 2014
Kutipan: Puisi Sapardi
Djoko Damono – Di Restoran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar