Aku bangun dengan sambutan 'Pelacur' dari mulutmu. Sebentar,
aku kumpulkan nyawa dulu ya. Oh ini sisa-sisa kebencian tadi malam yang sebelumnya
aku menyebutmu 'Binatang'. Setelah kau sebut aku Pelacur, menyusul kalimat tanya
darimu “bagaimana rasanya? Sakit seperti kau sebut aku binatang pastinya.”
Lalu kita diam. Aku nangis sedikit tapi tak terlihat mungkin.
Setelah itu kita bersiap-siap bekerja, demi menyambung kesedihan sekaligus
kegembiraan selanjutnya.
Dalam perjalanan, aku mencerna antara kata Pelacur dengan
Binatang. Setara tidak ya? Dengan sisa akal untuk berpikir, aku putuskan bahwa
kedua kata itu tidak setara, tidak sebanding. Tidak A ke A. Tidak 1 ke 1. Tidak
apel ke apel.
Jadi kau menyebutku Pelacur bukan karena ingin membalas
Binatangku tapi karena memang kau menilaiku seperti Pelacur. Kalau begitu kau
tidak perlu bertanya “bagaimana rasanya? Sakit seperti kau sebut aku binatang
pastinya.”
Dan aku tidak perlu marah bahkan sedih sebab aku tidak bisa
mengontrol pikiranmu, penilaianmu terhadapku. Hanya saja jika kau berpikir
Pelacur setara dengan Binatang, aku merasa.. merasa..
APAKAH KAU SEGOBLOK ITU?
APAKAH KAU SEGOBLOK ITU?